JAKARTA – dalam beberapa tahun terakhir ini, pola makan berdasarkan tumbuhan atau diet berbasis tumbuhan semakin populer di kalangan masyarakat di dunia.
Bicara mengenai hal ini sebenarnya sulit dilakukan tanpa membahayakan kehidupan manusia maupun kelangsungan dunia ini.
Benefit Kesehatan dari Makanan Vegetarian
Diet berbasis tumbuhan dikenal luas karena kemampuannya dalam meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Mengonsumsi lebih banyak buah, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan legum membantu penuhi kebutuhan gizi tubuh tanpa menambah konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang biasanya ditemukan dalam produk hewani.
Mengonsumsi diet berbasis tumbuhan terbukti dapat mengurangi risiko beberapa penyakit serius, termasuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, hipertensi, dan beberapa jenis kanker.
Pola makan ini juga membantu menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan pencernaan karena mengandung serat yang tinggi.
Berkonsumsi makanan yang lebih banyak berbasis tumbuhan juga memiliki potensi untuk memperbaiki profil mikrobioma usus. Dengan mengenalkan lebih banyak tanaman ke dalam tubuh, dapat mendukung pertumbuhan bakteri baik yang diperlukan untuk sistem pencernaan yang optimal.
Hanya memberikan manfaat bagi kesehatan manusia, pola makan yang berdasarkan tumbuhan pun menyumbang besar terhadap pelestarian lingkungan. Lebih dari itu, mengurangi konsumsi produk hewani bisa secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim.
Produksi ternak untuk konsumsi manusia memerlukan tanah luas, air, dan energi dalam jumlah besar, serta menghasilkan gas metana yang berbahaya bagi atmosfer.
Dengan beralih ke makanan yang berasal dari tumbuhan, masyarakat dapat turut menurunkan jejak karbon dengan signifikan. Pengurangan kebutuhan akan produk makanan yang berasal dari hewan bisa saja mengurangi kerusakan pada ekosistem, seperti deforestasi yang disebabkan oleh permukiman dan pengelolaan lahan perladangan serta kerusakan tanah yang disebabkan penggunaan pestisida dan pupuk berbahan kimia.
Selanjutnya, makanan berdasarkan sayuran dapat berperan dalam menjaga kelangsungan sumber daya alam, seperti air. Produksi hasil tanaman umumnya lebih efisien dalam menggunaan air dibandingkan dengan sistem peternakan.
Misalnya, untuk membuat satu kilogram daging sapi, lebih dari 15.000 liter air diperlukan, sementara untuk menghasilkan satu kilogram gandum sekitar 1.600 liter air saja dibutuhkan.
Pengetahuan berbagai manfaat kesehatan dan dampak lingkungan dari diet hijau telah mendorong banyak orang untuk mengalihkan pola makan mereka ke arah yang lebih berbasis tanaman. Dengan menambahkan lebih banyak makanan yang diperoleh dari alam, individu tidak hanya menanamkan investasi pada kesehatannya sendiri, tetapi juga mengikutsertakan diri dalam menjaga keberlanjutan lingkungan untuk masa depan.
Adopsi diet ini diharapkan dapat menjadi bagian solusi global untuk mengatasi tantangan kesehatan dan lingkungan yang semakin parah.