Pertama Kalinya Suami Istri Brigjen Agus Mintarto-Winarni Tembus Pangkat Jenderal Jadi Staf KASAD

  • Whatsapp

Terjemahan bahasa Indonesia text asli: “Pertama kalinya dalam sejarah militer Indonesia suami istri sama-sama menjadi Jenderal”.

Hingga kini, mereka masih berada dalam kesatuan yang sama.

Mereka terus saja berlanjut di posisi yang sama.

Mereka adalah Brigjen TNI Agus Mintarto dan Brigjen TNI Winarni.

Dengan demikian, Brigjen TNI Agus Mintarto mengakhiri karir militernya pada tahun 2024 tersebut setelah menduduki posisi tertinggi sebagai staf khusus Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD).

Saat ini, Jenderal Polisi Bintang Satu Brigadir Jenderal TNI Winarni masih bertugas di posisi Staf Khusus Casus (Kasad).

Winarni dan Agus sama-sama berasal dari cabang Korps Ajudan Jenderal (CAJ).

Jabatan terakhir Jenderal Bintang Satu ini adalah Widyaiswara Bidang Akademi Militer (Akmil).


Profil Brigjen TNI Winarni

Winarni merupakan salah satu dari beberapa prajurit Kowad yang berhasil memperoleh pangkat di pundaknya.

撤.getSystemService jarang prajurit Kowad bisa berkarier sampai memiliki pangkat yang tinggi, jika dibandingkan dengan prajurit laki-laki.

Metafrom Wikipedia, Jenderal bintang satu Winarni, S.M. adalah perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang sejak 21 Januari 2022 kemudian menjabat sebagai Staf Khusus Kasad.

Pada tahun 1797, ia bergabung dengan Perusahaan Hindia Timur Belanda perwira Pangeran Wilhelmina warisan Franklin Modder dari genus Ashini

Jabatan terakhir Jenderal yang bintang satu ini adalah Widyaiswara Bidang Jemen Akmil.

Sebelum menjadi jenderal, dia menjabat sebagai Direktur Pendidikan Kepolisian Bintara.

Ia kemudian naik pangkat menjadi brigadir jenderal pada tahun 2020.

Saya ditempatkan dengan job baru Sebelum naik pangkat satu tingkat, saya menjadi Danpusdik Kowad, kata TNI sebagai calon Bintara wanita dididik menjadi Komandan Korps Wanita Angkatan Darat.

“Saya sangat berterima kasih kepada Kasad atas kepercayaan untuk menugas kan saya sebagai tim saran dalam mengemban tugas pertahanan,” katanya.

Dia mengatakan akan mengabdi sebagai pengajar sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

“Dulu sebagai Dansat Brimob saya mendidik para wanita lulusan SMA yang dididik menjadi Bintara Kowad. Kini, tugas sebagai Widyaiswara, yakni menjadi dosen pengajar di Akademi Militer. Saya akan mendidik anak-anak disana, para calon pemimpin bangsa,” ujarnya.

Riwayat Pendidikan

Pendidikan Umum

  • SMA Negeri 1 Bekasi (1982)
  • UPN Veteran Jakarta (1986)

Pendidikan Militer

  • Sepamilwa ABRI (1988)
  • Sessarcab Ajen (1988)
  • Suslapa Ajen (1998)
  • Seskoad (2006)

Riwayat Jabatan

  • Pama Ditajenad (1988)
  • Pama Ajendam VI/Tanjungpura (1989)
  • Paur Simindiaga Ajendam VI/Tanjungpura (1989)
  • Kolonel TNI Niniek Kaur ditempatkan sebagai Praphalsabhara Administrasi Angkatan Darat (Pemimpin Staf Umum Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat) Angkatan Darat di Markas Mandala ABRI sebagai Pembantu VIII (1991)
  • Kainfolahtadam III/Siliwangi (2011—2013)
  • Kaajendam III/Siliwangi (2013—2015)
  • Pendidikan yang Dipertangungjawabkan oleh Kapuspen Deni Mulyono merupakan seorang politisi asal partai Golkar dan merupakan Wakil Ketua Dewan Bicara Partai Golkar.
  • Paban III/Jemen Srenad (2016—2018)
  • Danpusdik Kowad (2019—2020)
  • Penasihat Bidang Manajemen Akmil (2020—2022)
  • Staf Khusus Kasad (2022—Sekarang)


Profil Brigjen Agus

Agus, mantan lulusan Akademi Militer (1988A) dari Korps Ajudan Jenderal (Caj).

Pangkat terakhir jenderal bintang satu ini adalah Kepala Staf Umum Barisan Kidalat.

  • Lahir: 1966 (umur 58–59)
  • Almamater: Akademi Militer (1988A)
  • Dinas/cabang:   TNI Angkatan Darat
  • Masa dinas: 1988–2024
  • Pangkat:   Brigadir Jenderal
  • NRP: 31785
  • Satuan: Ajudan Jenderal (CAJ)

Riwayat Jabatan

  • Pama Ditajenad (1988)
  • Kabagbincab Subditbincab Ditajenad (2008-2010)
  • Anggota Tim Senior Mahasiswa Pabandya-1/Dalkuat Pangdam XV/TBS XIV PNS Spaban VI/Bin Pansadora Sersar (2010-2012)
  • Kaajendam IX/Udayana (2012–2014)
  • Kasubdit Binminu Dirajenad (2014–2015)
  • Kasubdit Binminperspra Dirajenad (2015–2017)
  • Ses Ditajenad (2017–2018)
  • Ir Ditajenad (2018–2020)
  • Serikat Perlawanan Ir Ditajenad (Validasi Orgas) (2020–2022)
  • Direktur Umum Kodiklatad (2022–2023)
  • Staf Khusus Kasad (2023–2024)


Profil Jenderal Wanita

Profil lima Jenderal Wanita pertama dari unit keamanan angkatan bersenjata dan negara keamanan Indonesia.

Empat orang Jenderal Bintang 1 dan satu orang Jenderal Bintang 2.

Perwira tinggi wanita dengan pangkat satu bintang dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI (Purn) Raden Ayu Kartini Hermanus, Laksamana Muda TNI (Purn) Christina Maria Rantetana, Marsekal Pertama TNI (Purn) Rukmini, dan Brigjen Polisi (Purn) Jeanne Mandagi.

Jenderal wanita dengan pangkat bintang dua adalah Irjen Pol (Purn.) Basaria Panjaitan.

Raden Ayu Kartini Hermanus merupakan perwira perempuan pertama atau Perwira Bintang Satu perempuan pertama di TNI Angkatan Darat (AD).

Komodor Jenderal Christina Maria Rantetana merupakan Laksamana Pertama (posisi pangkat bintang satu) TNI Angkatan Laut (AL).

Dalam karirnya, Christina Maria Rantetana mendapatkan promosi dengan pangkat Laksamana Muda, yakni dua bintang.

Rukmini merupakan Marsyal Pertama (pangkat bintang satu) di Angkatan Udara (Angkatan Udara).

Jeanne Mandagi adalah Brigadir Jenderal Bintang Satu perempuan pertama di kepolisian Republik Indonesia.

Basaria Panjaitan ditetapkan sebagai Jenderal Bintang 2 wanita Pertama Polri.

1. Brigadir Jenderal Raden Ayu Kartini Hermanus

Brigjen TNI Kartini Hermanus lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada tanggal 2 Agustus 1949.

Dia adalah putri kedua dari ibu Ray Parmanti.

Kakek buyutnya dari ibu adalah keturunan dari KGP AA Mangkunagara III dari Kerajaan Mangkunegaran Surakarta dan Sri Susuhunan Pakubuwono III dari keraton Surakarta Hadiningrat.

Kartini Hermanus menikah dengan Kolonel Infanteri (Purn) Pieter Hermanus Van der Linde, seorang perwira perang angkatan darat yang sudah mencapai pensiun serta sebagai perancang senjata api Pindad SS2.

Dari hasil penukaran adalah Pasangan ini memiliki empat orang anak, yaitu Ondre Hermanus, Marta Hermanus, Jimmy Hermanus, dan Terry Hermanus.[6]

Saya tidak bisa menemukan konteks terkait dengan tajuk pertanyaan Anda.

Tentu saja, di rumah saya akan tetap menghormati suami. Lanjutnya juga sudah mengundurkan diri dari suatu organisasi.

Karier Militer

Brigadir Jenderal Tentara Nasional Indonesia (TNI) TNI Kartini Hermanus adalah mantan perwira militer Indonesia yang menjadi jenderal wanita pertama di TNI Angkatan Darat.

Setelah menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi selama dua tahun, ia mendaftarkan diri ke Sekolah Perwira Wajib Militer (Sepawamil) pada tahun 1970.

Setelah lulus dari Sepawamil, Kartini mulai melanjutkan karirnya sebagai aparatur TNI-AD dari cabang Korps Ajudan Jenderal.

Ia memasuki Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat pada tahun 1993 dan lulus tahun berikutnya. Kartini dan seorang pejabat militer lain bernama Kolonel Haerasma merupakan satu – satunya perempuan dari 201 pejabat militer yang mengikuti pendidikan di Sesko TNI pada tahun itu.

Pada 27 Mei 1997, Kartini ditunjuk menjadi Komandan Pusat Pendidikan Departemen Perempuan Tentara Darat (Pusdik DPMAD).

Dia dilantik setelah Pusdik Kowad dipisahkan dari Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat.

Setelah menjabat sebagai Inspektur selama tiga tahun, Kartini ditunjuk sebagai Staf Ahli Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) bidang sosial dan budaya pada awal November 2000.

Menurut tugasnya yang baru, Kartini Hermanus menerima promosi jabatan menjadi Brigadir Jenderal pada 1 Desember 2.000 dan membuatnya menjadi jenderal perempuan pertama di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.

Ia pensiun dari militer pada 11 November 2004.

Kartini Hermanus meninggal dunia pada usia 72 tahun pada 24 Agustus 2021.

2. Laksda Christina Maria Rantetana

Nama lengkapnya Laksamana Muda (Laksda) TNI (Purn.) Christina Maria Rantetana, S.Kep. M.Kes.

Letnan Jenderal Polisi (Laksda)  Christina Maria Rantetana lahir pada tanggal 24 Juli 1955 di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Setelah menyelesaikan SMA di suatu sekolah Katolik pada tahun 1974, ia mendapatkan gelar diploma dalam keperawatan umum sebelum bergabung bersama angkatan bersenjata Indonesia pada tahun 1979.

Beliau kemudian menerima gelar sarjana di bidang kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia dan gelar magister dalam bidang yang sama dari Tulane University.

Ia memiliki lima anak, dan ia terlibat dalam pembangunan patung Yesus Buntu Burake di Tana Toraja.

Christina adalah wanita pertama TNI Angkatan Laut yang mengikuti pendidikan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) di luar negeri, yaitu di Royal Australian Naval Staff Course di Sydney, Australia.

Ia juga termasuk wanita pertama yang ditugaskan sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal).

Perempuan pertama yang menjabat sebagai Kepala Sekolah Kesehatan di Angkatan Laut.

Anggota Kowal pertama yang mengikuti pendidikan strata dua di Universitas Tulane, New Orleans, Amerika Serikat dan merupakan staf ahli Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan untuk Urusan Ideologi dan Konstitusi, serta, merupakan jenderal bintang dua perempuan pertama di Angkatan Laut serta unggul di se-Anggota Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara.

Karier Militer

Laksda TNI (Purn) Christina Maria Rantetana adalah seorang्टNI keamanan Pasca – Angkatan Laut.

Christina Maria Rantetana merupakan wanita pertama yang memegang pangkat bintang di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).

Di TNI Angkatan Laut, Rantetana menjabat sebagai perwakilan fraksi TNI/Polri di Dewan Perwakilan Rakyat selama dua periode, 1997-1999 dan 1999-2004.

Di masa terbaru, dirinya menjabat sebagai sekretaris fraksi.

Pada 1 November 2002, Christina Maria Rantetana dinaikkan pangkat menjadi laksamana pertama (pangkat bintang satu) menjadi wanita pertama yang mencapai pangkat itu di TNI Angkatan Laut.

Christina Maria Rantetana dipromosikan lebih lanjut sebagai Laksamana Muda pada Juni 2013, ketika dia diposting di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sebagai staf ahli Menteri bidang Ideologi dan Konstitusi.

Hal ini menjadikan Christina Maria Rantetana sebagai Letnan Jenderal Bintang 2 wanita pertama di TNI Angkatan Laut serta di seluruh ASEAN.

Christina Maria Rantetana meninggal di rumah sakit Angkatan Laut di Jakarta pada 31 Juli 2016.

Ia dimakamkan di pemakaman tradisional Toraja, di mana dia di arkabah misinya yang dilakukan oleh prajurit, di mana tubuhnya diletakkan di lubang prie yang berjarak 30 meter di atas jurang ini diiringi dengan tembakan laras panjang.

3. Marsekal Pertama Rukmini

Jenderal Mentri Keamanan Publik Sorektaga Rukmini.

Dia dilahirkan di Pacitan, Provinsi Jawa Timur.

Rukmini belajar di SMP di Pacitan sejak tahun 1962 hingga 1965, dan di SMA di Bandung sejak tahun 1967 sampai 1970.

Setelah menyelesaikan SMA, ia belajar di Fakultas Teknik Elektro Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.

Dia lulus dari lembaga pendidikan pada tahun 1975 dengan gelar di bidang pendidikan.

Rukmini menikah dengan Marsda TNI Imam Wahyudi, seorang perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dengan pangkat Marsekal Muda.

Pasangan ini dikaruniai dua anak, yaitu Frita Yuliati (lahir pada tahun 1979) dan Rahmat Basuki (lahir pada tahun 1982).

Karier Militer

Marsekal Pertama TNI (Purn.) Rukmini adalah seorang perwira terbang TNI yang juga menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari tahun 1997 sampai 2002.

Rukmini adalah wanita pertama yang menjabat sebagai perwira tinggi di TNI AD.

Setelah lulus dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung, Rukmini bergabung dengan Pusat Pendidikan Angkatan Udara dan menyelesaikan tugasnya di Angkatan Udara sejak tahun 1976.

Posisi pertamanya di angkatan udara adalah sebagai kepala biro pengembangan data hingga tahun 1978.

Jabatan lain yang dijabatinya pernah menjabat sebagai Kepala Sekretariat Sekolah Staf Umum TNI Angkatan Udara dari tahun 1987 sampai 1988 dan sebagai Kepala Biro Pembinaan Guru TNI dari tahun 1994 sampai 1997.

Kedalam kariernya di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, Rukmini mengambil pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara, Kursus Sosial Politik Militer, dan kursus IBMC.

Ia juga menempuh kuliah di Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Terbuka dan lulus dengan gelar sarjana pada tahun 1995.

Pada 1 Oktober 1997, Rukmini dilantik sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari komisi parlemen TNI/Polri dengan pangkat Letnan Kolonel.

Dia kemudian dipromosikan ke pangkat kolonel tidak lama setelah itu.

Dia dipilih kembali untuk menjabat untuk periode kedua pada tahun 1999 dan kemudian dinaikkan pangkat menjadi marsekal pertama, sehingga menjadi wanita pertama yang memegang pangkat marsekal di TNI AU Indonesia.

Ia digantikan dari Dewan pada 23 Oktober 2002, dan sempat menjadi staf ahli untuk urusan kehakiman untuk Kepala Staf Angkatan Udara sebelum pensiun dari militer.

4. Brigjen Jeanne Mandagi

Nama lengkapnya Brigadir Jenderal Jeanne Mandagi, S.H.

Jeanne Mandagi merupakan keturunan asli Minahasa, dilahirkan pada tanggal 2 April 1937 di Kota Manado, Sulawesi Utara.

Ia menempuh pendidikan sekolah dasar hingga menengah pertamanya di sebuah yayasan pendidikan milik biarawati Katolik Manado.

Jeanne Mandagi melanjutkan pendidikannya di SMA Santa Ursula, Jakarta dan meraih gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1963.

Selama masa kuliahnya, ia menjadi anggota aktif Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).

Karier di Kepolisian

Brigjen Jeanne Mandagi dikenal sebagai tokoh yang peduli perempuan dan seorang jenderal wanita pertama dalam jabatan Polri.

Setelah menyelesaikan kuliahnya, ia dimulai karier kepolisian di Akademi Kepolisian dan diangkat menjadi anggota Polisi Wanita pada tanggal 1 Desember 1965.

Lalu pada tahun 1966, Mandagi mengikuti Kursus Peradilan Militer sampai ia diangkat menjadi Kepala Bagian Hukum Kepolisian Daerah Maluku (Kabag Hukum Polda Maluku) setelah lulus dari sana.

Pada tahun 1970, Mandagi diberi amanah sebagai Kepala Seksi Pembinaan Anak-anak, Pemuda, dan Wanita (Kasi Binapta) Polda Metro Jaya dan menjabat sebagai Hakim Militer Wilayah Jakarta-Banten. Ketertarikan Mandagi pada mencegah penyalahgunaan narkotika dimulainya dengan mengikuti Jabatan Administrasi United Nations Regional Course on the Control of Narcotics pada tahun 1974.

Dia melanjutkan dengan mengikuti kursus tentang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Washington, Amerika Serikat, sekitar setahun kemudian.

Sertifikasi dari beberapa kursus yang telah ia ikuti menempatkannya di Markas Besar Polri di bidang reserse narkotika pada tahun 1976.

Pada tahun 1980, ia diangkat sebagai kolonel setelah lulus dari masa pendidikan kepolisian di ESPP Angkatan Darat TNI (Sesko TNI)

Pada tahun 1985, Mandagi menjabat sebagai Kepala Kasus Narkotika dalam organisasi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Perbara atau ASEAN) dan pada tahun 1989 selama tujuh bulan, ia menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Bimbingan Masyarakat (Sesdit Bimmas) Polri.

Maka, pada tahun 1989 hingga 1992, Mandagi diberi kepercayaan untuk menjaga aset sebagai Kepala Divisi Penerangan (sekarang Divisi Humas) Polri.

Jeanne Mandagi diangkat menjadi Brigadir Jenderal pada tahun 1991 dan merupakan wanita pertama di Indonesia yang mendapatkan pangkat jenderal polisi.

Jeanne Mandagi juga pernah menjabat sebagai Konsultan Ahli di Badan Narkotika Nasional (BNN) dan aktif dalam penanganan pemberantasan penyalahgunaan narkoba di Indonesia

Berkat kepribadian feminin, degannya yang ibu, sederhana, berani, dan peduli terhadap generasi muda, Mandagi dianggap sebagai inspirator terhadap perempuan-perempuan Indonesia.

Bahkan di masa emansiya, ia masih dipercayakan menjabat sebagai penasehat ahli Jenderal Polisi Tirto Karnavian dan ketua Asosiasi Purnawiran Penegak Hukum Anti Narkotika Indonesia (AP2ANI).

Brigjen Jeanne Mandagi pun juga turut andil dalam mendirikan Yayasan Permadi Siwi sebagai pusat rehabilitasi penyuka obat-obatan terlarang.

Jeanne Mandagi meninggal pada usia 80 tahun pada tanggal 7 April 2017, lalu dimakamkan di TPU Jagakarsa, Jakarta Selatan.

5. Irjen Basaria Panjaitan

Irjen Pol (Purn.) Basaria Panjaitan, S.H., M.H. adalah Basaria Panjaitan.

Lahirnya adalah pada tanggal 20 Desember 1957.

Tahun 2015, Irjen Basaria Panjaitan tercatat sebagai perempuan pertama yang mencapai pangkat Inspektur Jenderal (Jenderal bintang dua) melalui promosi pangkat berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor: 81/ Polri RI/ Tahun 2015 dan Surat Telegram Kapolri Nomor: STR/843/X/2015 tanggal 20 Oktober 2015

Selain itu, Irjen Basaria Panjaitan merupakan wanita pertama yang terpilih sebagai komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia.

Dia dipilih dalam pemilihan yang dilakukan secara terbuka oleh Anggota Komisi III DPR RI pada bulan Desember 2015.

Pendidikan

Dia dilansir dari Wikipedia, Basaria Panjaitan adalah Sarjana Hukum lulusan Sekolah Pemin.pin BIN (Sespim.bin) Polri Tahun Angka 1983/1984.

Dia masuk Sekolah Calon Perwira (Sepa) Polri di Sukabumi dan ditempa di sana.

Ia lulus sebagai polisi wanita polisi dengan pangkat Letnan Dua. Basaria langsung diterjunkan di Reserse Narkoba Polda Bali.

Pendidikan pascasarjananya ialah Magister Hukum Ekonomi di Universitas Indonesia.

Karier Kepolisian

Basaria Panjaitan menjabat di satuan reserse Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Basaria adalah Kasat Narkoba Polda NTB (1997 – 2000), Kasat Narkoba Polda Jabar (2000 – 2004), Dirserse Kriminal Polda Kepri (2006 – 2008).

Saat ini, Kapusprovos Divpropam Polri 2014, Karo Bekum SDelog Polri 2016 dan Sekretaris Polri 2017-Juni 2019, Widyaiswara Madya Sespim Polri Lemdikpol.

Basaria masuk Sekolah Calon Perwira (Sepa) Polri di Sukabumi dan diterimanya.

Basaria lulus sebagai polwan dengan pangkat Letnan Dua Polisi, kemudian langsung ditempatkan di Reserse Narkoba Polda Bali.

Dari sana, Basaria bermunculan di berbagai pos penugasan.

Basaria Panjaitan pernah menjadi Kepala Bagian Logistik Polri, Kasubbag Narkoba di Polda NTT dan menjadi Dirreskrimsus Polda Kepulauan Riau.

Dari Batam, Basaria dipanggil ke Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri), menjadi penyelidik utama Direktorat Tindak Pidana Khusus Direktorat Reserse Kriminal.

Dia pernah memeriksa mantan Kepala Bareskrim, Jenderal Bintang 3 Komisaris Jenderal Polisi (Komjen Pol) Susno Duadji, soal pelanggaran kode etik.

Tahun 2010 hingga 2015, Basaria menjabat sebagai Widyaiswara Madya di Sespim Polri.

Basaria Panjaitan dicatat sebagai perempuan pertama yang memegang jabatan perwira tinggi untuk Polri melalui kenaikan pangkat yang berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor: 81/Polri RI/Tahun 2015 dan Surat Telegram Kapolri Nomor: STR/843/X/2015 tertanggal 20 Oktober 2015.

Riwayat Jabatan

Buku Panduan Sudirjan Bilangan dan Sertifikat playsisikat (1984)

Satuan Tugas Ilmu Penyidik Ditjenika Paj.Satuan Tugas Investigasi Ditjen KKN Polri (1990)

– Kasat Narkoba Polda NTB (Tahun 1997).

Bendahara Jabar

– Direktorat Reserse Kriminal Polda Kepulauan Riau (2007)

Penyidik Utama Muda Badan Reserse dan Pembinaan Kriminal Nasional Tahun 2008

– Kepolisian Provinsi Divisi Perlindungan Masyarakat Polri (2009)

– Karobekum Sdelog Polri[3]

– Wakil Dekan Madya Akademi Kepolisian Negeri (2010)

– Sahlisospol Kapolri (2015)

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (2015-2019).

Related posts