[EDISI IMLEK]
Masyarakat Semarang mengenal Khong A Djong (KAD) sebagai ahli kungfu legendaris dan ahli pintar patung. Di balik namanya besar, kisah perjalanan hidupnya juga tak kalah menariknya.
—
Tunduk pada saluran WhatsApp, ikuti dan dapatkan berita terbaru kami di sini
—
Di telinga sebagian masyarakat Semarang, nama Khong Ching Chiang mungkin asing. Tapi jika sebut nama Khong A Djong, beberapa warga senior sudah mengenalinya. Juga perjalanan hidupnya.
Khong A Djong (KAD) dikenal sebagai suhu dalam dunia pengobatan Tiongkok kuno di Semarang. Khususnya ortopedi, yang oleh khalayak lebih dikenal sebagai
sangkal putung
.
Kecuali itu, namanya juga terkenal di bidang ilmu beladiri, terutama kungfu atau
kun thauw.
Di sekitar Semarang, bisa dibilang KAM adalah salah satu legenda nyata dalam dunia kungfu modern.
Menyimak perjalanan hidup Si Legenda layaknya menonton film-film kungfu yang sering muncul di televisi Indonesia pada tahun 1990-an. Boleh dipercaya, boleh tidak.
Rompi macan
KAD lahir di Kelurahan Gabahan, Kecamatan Buntu, Pecinan Semarang, pada abad 20-an. Dia adalah putra Khong Hien Yie dan Lie Kwat Nio, sepasang suami-istri yang berbisnis peritel.
lo sio bak
sejenis makanan berbahan daging babi yang yang dipanggang.
Beberapa orang tahu bahwa nama Khong yang tercantum pada KAD menunjukkan bahwa dia adalah keturunan ke-73 dari nabi Khong Hu Cu. Ketika berusia tujuh tahun, KAD pergi ke China bersama bibinya. Di sana dia tinggal bersama pamannya di daerah Nan Hai, provinsi Kwantung.
Selain belajar membaca dan menulis, KAD juga belajar seni bela diri di biara Shaolin. Tak hanya aliran Shaolin Pai, dia juga berlatih ilmu Nggo Mbi Pai atau dalam dialek Kanton di sebut Nggo Mee Pai.
Gurunya pada saat itu adalah Suhu Siong Mao, seorang silat legendaris Tiongkok yang tak lain adalah murid Wong Fei Hung/Huang Fei Hung (1847-1933). Dari gurunya, KAD memperoleh ilmu Hung Gar, serta belajar ilmu pengobatan China, terutama pengobatan tulang – secara langsung dari Wong Fei Hung.
Dari sinilah, selain mahir gerakan bela diri, KAD juga nantinya menempuh jalan sebagai ahli ilmu bedah tulang khusus, dan membuat namanya terkenal di Semarang. Bahkan di seluruh Pulau Jawa.
Pada awal abad ke-20, di daratan Tiongkok banyak digelar pertarungan bergengsi yang diikuti para pengembara gerak. Ajang pertarungan ini dikenal sebagai Bak Lie Thay alias kejuaraan kung-fu gaya bebas di daratan Tiongkok.
Pertarungan itu memperebutkan Hua Bei Xin/Fu Bei Sam (jubah kulit harimau) yang menandakan pemiliknya adalah pendekar MASTER dunia pelayaran. Untuk mendapatkan jubah harimau itu bukanlah hal yang mudah. Selain jurus-jurus efektif, setiap pendekar juga harus memiliki ketahanan tubuh yang sangat kuat.
Bagaimanakah lagi, setidaknya seorang pejuang harus bertanding hingga tujuh kali berturut-turut di atas arena untuk mendapatkan baju kehormatan tersebut.
Dalam suatu kesempatan, KAD mengikuti suatu pertarungan yang tidak biasa dan keluar sebagai pemenangnya. Akhirnya, rompi dari kulit harimau Hua Bei Xin itu menjadi miliknya. Hingga kini, rompi ini masih disimpan oleh anak lelakinya, Khong Fan Sen.
Di Tiongkok sekitar tahun 1930, ada kekacauan yang kemungkinan besar disebabkan perang antar feodal, yang kemudian memburuk setelah inkorporasi (aneksasi) tentara Jepang di beberapa wilayah Tiongkok. KAD untuk sementara bergabung dengan kelompok perlawanan rakyat melawan pasukan pendudukan Jepang, ia mendapatkan luka akibat tembakansenjata.
(
Banyak orang yang tidak tahu tentang situasi itu. Beruntung saya mendengar cerita langsung dari ayah, karena ketika remaja ia sering membantu KAD sewaktu tinggal di Brondongan. Ayah mengaku melihat sendiri luka itu
)
.
Menghajar perampok
Pada tahun 1934, KAD pulang ke Semarang dan kembali menetap di Gabahan.
Tak lama kemudian, dia menikahi Auw Yang Ien Nio, tetangga rumahnya. Setelah menikah, mereka tinggal di kampung Brondongan. Rumah ini masih ada hingga saat ini.
Di kampung Brondongan, KAD memulai usaha kecil-kecilan pertamanya. Dari menjual koran hingga berdagang sayuran palsu. Ia juga membuka bisnis rempah-rempang untuk pengobatan Cina – ilmu tersebut ia dapat langsung dari Wong Fei Hung.
Mulai tahun 1936, KAD aktif dalam perkumpulan Hoo Hap Hwee Koan. Pada perkumpulan tersebut – yang saat itu beralamat di Jalan Plampitan – KAD tam bil mengajarkan kemampuan kungfunya kepada generasi muda dan anggota Hoo Hap lainnya.
Dari sana, kemudian didirikan Zheng Zhen Shaolin Pai yang kemudian berubah menjadi Perguruan Hasta Harapan. Di situlah KAD menjadi guru besar sekaligus seorang yang paling berpengalaman.
Perang Dunia II membuat perekonomian dunia kacau-balau, tidak terkecuali di Semarang. KAD pun harus berusaha lebih keras lagi agar dapurnya tetap ade.
Ketika itu, orang dalam keadaan kurang lancar berbahasa Indonesia cukup mengganggu bisnis dan kehidupannya sehari-hari.
Dia mulai berjualan koran dan melakukan pertunjukan kungfu – terkadang di hadapan Kelenteng Tay Kak Sie, terkadang di tempat-tempat keramaian lainnya — setelah ia melakukannya, KAD kemudian memulai belajar bahasa Indonesia. Ketika ia belajar, itu ternyata membuat kegiatan hidupnya lebih mudah.
Laneastahu beberapa letupan senjatanya. Saya membaca perkataan tertentu yang hampir lucu KAD sinya berhasil menghilangkan kepercayaan lawan-lawannya.
nongol
di sebuah koran lokal.
Dilindas truk
Pada tahun 1950-an, lapangan Chung Hua Kuo Yu Hui (Wotgandul) datang seorang atlet judo senior dari Jepang bernama Bapak Makino. Rupanya dia hendak menyelenggarakan pertunjukan dengan semua petarung dari semua cabang beladiri yang ada di Semarang.
Pada saat itu, KAD sedang jalan-jalan santai bersama Djie So Fuk, seorang ahli beladiri Shandong, bertetangga dengan Pederesan. Keduanya kemudian mampir dan menemukan kerumunan orang.
Menurut dia, “Karena didesak oleh Djie So Fuk dan beberapa orang, KAD akhirnya naik ke panggung juga. Hebatnya, hanya dalam beberapa jurus, Mr. Makino mengamankan posisinya.”
keok
dan mengakui keunggulan ilmu beladiri KAD.
Tak hanya masih orang yang kemampuan tubuhnya normal, tapi khalayak di Semarang pun dibuat terpukau hingga banyak orang datang untuk menjadi muridnya, menjadi murid di perguruan Hasta Harapan, yang sekarang sudah berpindah ke kawasan jalan Jagalan.
Saya tidak dapat menemukan teks asli yang bisa di-parafrasing. Tolong berikan teks asli untuk di-parafrasing.
kausu
Di perguruan ini, KAD mengajarkan ilmu beladiri yang melibatkan penggabungan antara Shaolin Pai dan Ngonasan ( Nggo mbie).
Saya tidak dapat menemukan teks asli yang ingin Anda kekanan. Namun, saya dapat menerima input teksriere yang ingin Anda kananankan. Silakan mencantumkannya di bawah ini.
kausu
Konon, KAD(atau sodara KAd)pernah menggunakan jurus andalannya, Siauw Lim Tji Sauw, ketika ada sekelompok preman menyerbu kediamannya dekat Kampung Brondongan.
Walaupun pada saat itu itu lingkungan itu sudah dikelilingi oleh preman dan warga di sekitar sudah menutup rapat jendela dan pintu rumahnya karena takut.
Menurut beberapa saksi, KAD sedang membuat alat peraga kungfu ketika ia menerima laporan dari siswanya dan persoalan pernikahannya bahwa akan datang serangan. Tidak lama, KAD, bersama sinaunya dan menantunya, langsung menemui gerombolan itu.
Ia mencoba menjelaskan soal duduk perkara yang memicu kesalahpahaman di antara iparnya dan para perampok.
Tapi rupanya situasinya sudah tak dapat ditenangkan. KAD (Kekasih, Aku, dan putrinya) pun memberi isyarat kepada istri mertuanya dan muridnya untuk segera kembali ke rumah.
Dengan gaya yang lincah dan tangguh, Mang Kaki Perak menumbangkan beberapa preman tersebut hanya dengan beberapa langkah cepat. Gerombolan itu langsung beramai-ramai lari.
Cerita lain mulai. Pada dasawarsa 1960-an, KAD mengadakan pertunjukan atraksi tidur di atas jembatan skypaint atau papan berpaku tajam di lapangan terbuka.
Tidak hanya tiduran, di atas tubuh tamu tidak dikenal itu lantas diletakkan batu besar yang kemudian dihantam dengan palu hingga hancur. Begitu unik, tubuh tamu tidak dikenal itu tidaklah terluka sama sekali.
Ada kembali, pada tahun 1970-an, beberapa media menayangkan kegiatan Dewa dapat dilindas truk tapi tidak tersenyum leci pun. Kegiatan ini menyebabkan namanya semakin terkenal dan akhirnya diakui sebagai maestro kungfu dengan keahlian tinggi.
Sebagai pebisnis, insting KAD sangat tajam dalam melihat peluang. Lihatlah saat itu belum ada toko penjaja minuman kesehatan di Semarang, dia pun memutuskan untuk membuatnya dengan merek Adjong. Tidak memerlukan waktu lama, minuman itu langsung populer di tengah masyarakat.
Tidak ada paragraf yang tersedia untuk difrasfirkan.
ndoyong adjong
” – di lain waktu, istilah itu menjadi inspirasi bagi sebuah grup band di antara anak muda di Kota Lumpia itu.
Kejayaan minuman Adjong berakhir di awal tahun 1980-an. Meskipun pabriknya di kemudian hari harus ditutup, tapi masyarakat masih mengingatnya sebagai salah satu minuman populer di zamannya.
Membina wushu
Pada Dasawarsa 1990-an, KAD dipindahkan ke Jalan Jomblang. Di sana ia membuka praktik sinse (
sangkal putung
).
Di rumah itu pula dia mengisi hari tuanya dengan terus membelit warga baik yang terkilir, keseleo, hingga yang patah tulang. Putranya, Khong Fan Sen, yang membantunya dan melanjutkan praktik pengobatan dari sang kakek hingga sekarang terletak di Jalan Lampersari No.33.
Menurut cerita Khong Fan Sen, suatu hari di awal dekade 90-an, dirinya menghadapi tamu asing dari Cina. Ketika dia bertemu dengannya, tamu itu memberi salam dan berbicara dalam bahasa yang sangat aneh dan belum pernah didengarnya.
Belakangan Fan Sen baru menyadari bahwa itu adalah kode rahasia yang hanya dipahami oleh orang-orang terpelajar dari perguruan Shaolin.
Di usia muda, KAD juga menawarkan dirinya untuk kemajuan olahraga wushu Indonesia. Dari 1992 sampai 1993, bersama Tan King Bie (murid teman lamanya, Djie Siauw Fu), ia pernah menjadi pengurus Pengurus Besar Wushu Indonesia (PBWI) Jawa Tengah.
Dia juga melakukan peran penting dalam persiapan kontingen wushu Indonesia di Sea Games XVII di Singapura pada Juni 1993.
KAD, seorang pembela yang terakhir dari Semarang dan guru besar dari Nggo Mbie Pei Indonesia, akhirnya wafat pada 26 September 2008, pada usia 108 tahun. Banyak sekali warisan ilmu baik dalam beladiri maupun pengobatan yang disampaikan ke anak-anak dan pengikut-pengikutnya.