Berbagai studi menyatakan bahwa anak yang rentan akan penganiayaan sama memiliki kemampuan atas emosi dan perilaku sosial yang lebih rendah.
.
Jangan dikritik terus-menerus
Anak-anak tumbuh karena dorongan. Tapi terus-menerus mengkritisi, bisa membuat luka emosional yang tidak terlihat nanti. Coret-coret kesalahan memang penting, tapi kalau suaranya kasar atau terlalu sering bisa membuat anak ragu kebolehan dia sendiri. Fokuslah pada umpan balik yang bagus. Melainkan sebut, “Asal kita cari jawaban lainnya” dikalau, “Kamu baru kali ini bikin gampang terbalik.”
Membandingkan dengan orang lain
Pernyataan seperti, “Mengapa kamu tidak bisa seperti saudaramu?” bisa sangat menyakitkan anak. Perbandingan membuat anak merasa tidak mampu dan dapat menimbulkan kebenciannya terhadap orang yang dibandingkan. Terimalah kekuatan dan kelebihan unik anak. Ganti perbandingan dengan pujian personal, seperti, “Ibu suka betapa kreatifnya karyamu!”
Perlindungan yang berlebihan
Atau kekecewaan, perlindungan berlebihan dapat menghalangi kemampuan mereka untuk menghadapi tantangan. Anak yang tidak diberi kesempatan untuk membuat kesalahan dapat tumbuh dengan meragukan kemampuannya sendiri. Belikan mereka mengatasi masalah kecil sendiri. Mulailah dari pekerjaan-pekerjaan kecil seperti menyusun tas sekolah atau menyelesaikan masalah kecil dengan teman.
Mengabaikan prestasi anak
Tidak mengakui usaha atau keberhasilan anak, baik besar maupun kecil, dapat membuatnya merasa kurang dihargai. Lama kelamaan, ia mungkin akan berhenti mencoba karena merasa usahanya tidak penting. Jawablah baiklah setiap yang diperjuangkan anak, bahkan yang kecil sekali pun.
Ucapan pengaruh, “Ibu bangga padamu karena sudah mencoba!” sangat bisa membantu dalam membangkitkan kepercayaan diri gadis.
Memberi label negatif
Menyebut seorang anak sebagai malas, pemalu, atau canggung mungkin tidak menimbulkan bahaya langsung saat itu. Namun, label-label seperti itu dapat menempel dan membentuk persepsi diri anak. Dengan berjalannya waktu, mereka dapat menginternalisasi kata-kata tersebut dan mulai percaya bahwa pernyataan-pernyataan itu mendefinisikan diri mereka. Berfokuslah pada perilaku yang dapat diamati secara langsung, bukan pada sifat-sifat subjektif. Sebagai gantinya, satu-satunya kali ini katakanlah, “Ayo kita berusaha untuk lebih proaktif dalam melaksanakan tugas-tugasmu.”