-Aktris dan penyanyi Selena Gomez tidak dapat menahan air matanya saat membahas kebijakan deportasi masal yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
Dirinya mengungkapkan perasaannya sendiri dengan studi di Instagram Story, di mana dialah menceritakan perasaan sakiti hatinya akan serangan terhadap komunitas imigran dan terutama anak–anak yang rentan.
“Saya bertemu dengan hampir semua orang yang biasanya saya hadapi dalam kehidupan nyata, anak-anak saya pun,” ujar Selena Gomez.
Aku tidak mengerti. Aku sangat kecewa. Aku berharap bisa berbuat sesuatu, tetapi aku tidak tahu harus masih bagaimana.
“Aku akan mencoba segalanya, aku berjanji,” katanya, sambil menambahkan emoji bendera Meksiko.
Ia juga menulis lalu menjelaskannya dalam pesan.
Pesan wordt dihapus mengenal sedih akibatnya, setelah Gomez menerima tanggapan negatif dari sebagian netizen.
”
Namun, banyak penggemarnya yang memberikan dukungan melalui media sosial, khususnya di platform X (pernah dikenal sebagai Twitter).
,” tulis seorang penggemar.
,” imbuh penggemar lain.
Kebijakan deportasi masal oleh Trump, yang menjadi prioritas dari momen ia dilantik sebagai Presiden ke-47 pada 20 Januari, terus menimbulkan kontroversi.
Kemarin Jum’at, Belas Pelabuhan dan Bea Cukai Amerika Serikat (ICE) menangkap 593 orang yang berada di AS tanpa dokumen yang sah.
Mengutip Page Six, Selasa, operasi tersebut meluas ke Los Angeles keesokan harinya, dengan lebih dari 1.200 orang ditahan selama akhir pekan, termasuk di kota-kota besar seperti Miami, Chicago, dan Newark.
Gomez, yang selama bertahun-tahun terlibat dalam diskusi tentang isu imigrasi, pernah menyatakan pandangannya dalam artikel opini di Time pada bulan Oktober 2019.
,” tulisnya.
Dia kemudian menyebut kebijakan imigrasi AS sebagai “cacat” dan mengingatkan bahwa negara Amerika Serikat dibangun oleh orang-orang yang datang dari negara lain.
Hargai sekali pengakuan Gomez meskipun menimbulkan kritik. Sikapnya meraih apresiasi dari banyak orang, mereka melihatnya sebagai sosok tulus dan peduli terhadap kehidupan sesama jenius.
Kelakuan emosionalnya ini kembali mengingatkan kita akan pentingnya berempati di tengah pertimbangan-pertimbangan sosial kompleks.
(*)