Letkol Rosita A. Baptiste adalah perwira menengah pasukan militer Amerika Serikat (AS).
Dia menarik karena Komisaris Letnan Rosita Aruan Orchid Baptiste berasal dari Indonesia.
Dia merupakan kelahiran Batak dari Provinsi Sumatera Utara, yang saat ini menjalankan tugasnya sebagai mekanik di Angkatan Darat Amerika Serikat.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan kanal Youtube VOA Indonesia, Rosita Baptiste mengaku telah bertugas selama 11 tahun 3 bulan di pasukan AS.
Dia juga pernah mengaku telah bertugas di berbagai daerah konflik, seperti di Irak.
Bahkan ia juga pernah bertugas di Kuwait, setelah lulus dari sekolah di Jerman.
Profil Letkol Rosita Aruan Orchid Baptiste
Letnan Kolonel Rosita Aruan Orchid Baptiste berasal dari Sumatera Utara.
Dia merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara jurusan Perdagangan Internasional.
Setelah menamatkan kuliahnya, Rosita Aruan pernah bekerja di beberapa perusahaan yang ada di Jakarta.
Tapi, pada tahun 2000, ia menikah dengan warga negara Amerika Serikat.
Ia menemukan kebetulan bahwa suaminya itu adalah seorang tentara.
Karena tugas suaminya, Rosita Baptiste kemudian dia pindah ke Amerika Serikat pada bulan September 2000.
Di Negeri Paman Sam, Rosita pernah bertujuan ingin bekerja sebagai wartawan.
Dia sempat menjadi wartawan Warta Ekonomi di Indonesia pada tahun 1997.
“Aku merasa beruntung memiliki pekerjaan ini,” kata Rosita Aruan, seperti dikutip dari podcast VOA Indonesia, Senin (3/2/2025).
Sayangnya, keinginannya itu pun luntur ketika ia belum memiliki pengalaman kerja di Indonesia.
Namun hal itu tidak membuatnya kehilangan semangat.
Rosita Aruan kemudian melamar pekerjaan di perusahaan makanan cepat saji, Burger King.
Bahasa Indonesia: Di situ ia bertugas sebagai kasir.
“Oleh kasir selama tiga bulan dengan upah 6 dollar 25 sent,” kata Rosita mengenang pengalamannya.
Saat bekerja sebagai kasir, ia tidak hanya melayani pembeli saja, tapi juga membantu membersihkan meja dan makanan sisa pelanggan.
Bahkan, orang tersebut pernah membersihkan kamar kecil Burger King, walaupun dirinya bertugas sebagai kasir.
“Aku nangis, aku bilang sama ibuku di Jakarta, enggak ketahuan aku ke Amerika membersihkan WC,” kata Rosita.
Tetapi semua hal itu tidak membuatnya kehilangan kesabaran.
Rosita terus berusaha keras, sampai akhirnya ia melihat kesempatan untuk menjadi tentara AS.
Untuk lolos sebagai tentara AS, Rosita harus dua kali mengikuti ujian.
Ternyata, di awalnya ia dinyatakan gagal dalam ujian pertama.
“Saya bertanya berapa lama lagi (saya bisa mengikuti ujian kedua). Mereka menjawab 30 hari (baru bisa mengikuti ujian ulang kedua), kata Rosita.
Selama 30 hari, Rosita Aruan tidak henti-hentinya belajar.
Ia kemudian mengikuti ujian kedua, dan kemudian dinyatakan melewati ujian.
Walaupun tingginya hanya 149 sentimeter, pasukan AS justru tidak memandang hal itu sebagai masalah besar.
Menurut Rosita, yang dibutuhkan pasukan Amerika Serikat adalah kemampuan yang dimiliki calon anggotanya.
Mereka berfokus pada kemampuan yang dimiliki oleh potensi angkatan bersenjata, sehingga perlu diterima dalam angkatan bersenjata AS.
Berbeda dengan Indonesia, yang membutuhkan tinggi badan sebagai syarat utama.
“Tidak melihat tinggi badan itu kawan mereka,” katanya.
Setelah lulus sebagai pasukan AS, Rosita menerima tiga tawaran pekerjaan untuk disampingkan.
Pertama sebagai pengemudi, kedua sebagai mekanik, dan ketiga sebagai perawat atau koki.
“Saya memilih dia karena dia bukan pria,” kata Rosita tersenyum.
Setelah itu, Rosita kemudian dikirimkan ke sekolah hingga ke Jerman.
Dia mulai bertugas di Angkatan Darat AS, bekerja di berbagai wilayah seperti Kuwait dan Irak.
Jadilah Polwan atau Jaksa
Dalam siaran podcast tersebut, Letkol Rosita Aruan Orchid Baptiste ternyata pernah bermimpi ingin menjadi perwira polisi wanita di Indonesia.
Tapi, karena tinggi badannya tidak mencukupi juga, Rosita pun menunda harapan-harapannya.
“Saya memiliki impian untuk menjadi Polwan, dari segi tinggi tubuh saya sudah dipenuhi,” katanya.
Rosita juga pernah ingin menjadi jaksa.
Tapi masalah kekurangan tinggi badan menyebutkan adalah halangan baginya untuk mencapai cita-citanya tersebut.
“Ah, rasanya jaksa di Indonesia harus memiliki tingkat tertentu juga ya,” kata Rosita.
Terlahirlah wanita ini membawa cita-citanya tidak terwujud di Indonesia, tetapi ia akhirnya mencapai impian itu dengan menjadi seorang tentara di Amerika Serikat.
Lampu naik pangkatnya sekarang sudah Letnan Kolonel.
Dia memiliki ratusan pasukan ketika masih aktif dalam dinas lapangan.
Saya pernah Hampir Dipancungkan oleh Tembakan Kepala
Tugasnya sebagai tentara AS merupakan pengalaman yang tidak pernah dapat ia lupakan.
Saat masih di masa pendidikan dan pekerjaan di Irak, seseorang itu hampir menjadi korban tembakan.
Dia sedang belajar di sebuah ruang kejangkauan dan paham.
Akan tetapi di luar ruangan, terdengar suara tembakan-tembakan berderap.
Rosita Baptiste yang berencana untuk memasang kartu ekspansinya itu kemudian menundukkan kepalanya.
Pada saat itu juga, peluru meluncur melewati kepalanya.
Jika saja Rosita tidak menunduk, kepalanya mungkin akan terkena peluru tersebut.
“Ketika itu, sia-sia,” katanya, sambil berintrospeksi.
Dia pernah tertidur sambil duduk menggenggam senjata.
Jika dilakukan saat mengemban tugas pengawasan.
Sekarang, Rosita tidak lagi bekerja di daerah yang berkonflik.
Dia telah dipanggil kembali dari lapangan, dan saat ini sedang fokus menjalankan tugasnya biasa dan mengurus keluarganya.
Google News
WA Channel
Tribun Medan