Minuman “Legend” Ini Kini Tak Hanya Dikonsumsi Kaum Akar Rumput

  • Whatsapp

Ayo mau coba, mungkin katamu ini masih asing terdengar. Minimal, jika dibandingkan katamu ‘minum kopi ayo’ untuk ajakan minum kopi dan ‘ngeteh’ untuk kegiatan minum teh sembari ngobrol-ngobrol atau istilah gaulnya ‘nongky-nongky’.

Dalam kehidupan sehari-hari, dua kalimat tersebut – yang bukan bagian dari kalimat “nyendol” – sudah terdengar akrab oleh orang Indonesia. Kejtigaan tersebut tidak hanya menjadi budaya di Tanah Air, tetap juga sudah menjadi kebudayaan di dunia.

Budaya menghidangkan kopi dan teh di negara-negara Barat telah menyebar dan berkembang pesat, ditandai dengan berkembangnya kedai-kedai kopi dan teh yang berskala internasional seperti Starbucks dan Coffee Beans dan Tea Leaf untuk memenuhi kebutuhan minum kopi dan teh bagi para pelanggan.

Ya, untuk mengapresiasi minuman nusantara agar menjadi minuman yang mendunia, tentu diperlukan usaha kulturisasi agar dapat diserap di pasar global. Tentu pula, kita semua ingin mendengar kalimat seperti ‘nyendol yuk’ atau

“Misalnya, ngewedang (jahe)” sebagai ajakan seseorang terhadap lawan bicaranya.

Jika sekarang istilah cendol dan es teler sudah populer di berbagai kalangan, tidak mustahil cendol akan menjadi minuman populer internasional dan dapat dibeli di berbagai gerai bisnis yang sukses.

“Saat ini, generasi Z menjadi pasar yang sangat menjanjikan. Tidak dapat dinafikan jika kalangan remaja ini adalah konsumen potensial. Untuk itu, minuman nasional perlu disosialisasikan terus menerus agar mendapat tempat di hati mereka sebagai minuman favorit, tidak hanya kopi atau teh yang dikreasikan dalam berbagai menu menarik,” kata Sup Phyrvir Waroenk Resto and Cafe Amelia Saputri Wahab saat ditemui di Jalan WJ Lalamentik, Oebufu, Kota Kupang, Senin 3 Januari 2023 pagi.

Meskipun secara umum es cendol sudah dikenal, dalam konteks internasional, katanya, cendol belum terlalu populer, namun sejatinya es cendol telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

“Karena sudah sangat populer, minuman ini telah menjadi legenda. Paling tidak di kalangan rakyat kreatif,” jelas Amelia.

Dalam jajaran menu yang ditawarkan oleh pengusaha kuliner, dengan sendirinya cendol es sudah tidak terpisahkan dari makanan-minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia.

Amelia menyatakan hal itu ketika penulis bertanya apa saja kelebihan minuman ini sehingga layak dimasukkan menjadi unggulan.

Dalam penyajiannya, es cendol ini sangat sederhana. Kamu tahu kan bahan-bahan yang digunakan sangat sederhana namun kenyaklmnya (kesegaran) luar biasa. Inilah salah satu alasannya es cendol patut diapresiasi,” katanya.

Untuk itu, katakan Amelia, minuman yang dulunya dianggap lebih baik dikonsumsi masyarakat menengah ke bawah kini sudah hadir memperkaya berbagai jenis minuman yang tersedia dalam beragam pilihan di tempat-tempat mewah seperti restoran mewah dan subresto hotel berbintang.

Selain itu, senyawa kimia lainnya seperti asam yang terkandung dalam daun Pandan dapat memberikan warna biru pada pewarnaan.

Amelia menjelaskan, es cendol adalah minuman khas Sunda yang dulu dibuat dari tepung hunkwe kuno.

“Saat ini cendol juga dibuat dari berbagai tepung, termasuk tepung beras. Bahan lainnya, jika variant es, maka akan disajikan dengan es pelet dan gula merah cair serta santan,” ujar dia.

Selain itu, rasa dari minuman ini, menurut Amelia, tak hanya manis saja tapi juga asin langsung.

“Dalam daerah Parahyangan atau Jawa Barat secara umum, dalam arti hegemoni didiami suku Sunda, es cendol dikenal dengan nama ‘cendol’ saja. Di Jawa Tengah sendiri, es cendol aslinya dikenal sebagai ‘es dawet’. Penamaannya berbeda, tetapi intinya sama saja,” katanya.

Saat itu juga, Amelia, dalam proses pembuatan tepung beras tersebut diformulasikan dan diwarnai hijau.

“Setelah itu akan dicetak melalui alat atau saringan khusus sehingga menjadi atau berbentuk buliran. Pewarna yang sering digunakan adalah dari daun suji atau pandan,” bebernya mengakhiri jawaban yang ditanyakan penulis.

Diketahui juga bahwa cendol Jawa Barat dibuat dengan cara mengayak kukusan tepung beras yang telah diwarnai dengan daun suji menggunakan ayakan, sehingga diperoleh bentuk yang bulat lonjong dengan keujung yang lancip.

Di daerah ibukota Bandung, minum cendol sering disebut ‘nyendol’ yang biasanya disajikan sebagai pencuci mulut atau sebagai makanan selingan.

Berhubungan dengan pembahasan es cendol, dari penyelidikan makanan penulis, Waroenk Resto dan Cafe sebelumnya telah menyediakan minuman yang dikatakan berasal dari Jawa Barat tersebut.

Sebelum itu, Amelia juga mengatakan bahwa mereka sengaja memilih minuman tradisional itu untuk menambahkan keberagaman minuman Nusantara yang sudah populer seperti es pisang ijo, es tebu, serta masih banyak lainnya.

Dia juga mengatakan, di samping itu manajemen juga menyediakan es cendol lantaran melihat animo pelanggan cukup kuat terhadap menu-menu Nusantara dari mereka.

Ia menambahkan, es cendol yang sudah “naik kelas” menjadi minuman primestasa karena penyajian para bartender atau pembuatnya di restoran atau unit sub hotel, sudah umum dikonsumsi kalangan elite.

Buktinya, katanya, es cendol sudah tidak lagi hanya dijajakan penjual di pinggir-pinggir jalan maupun gang-gang kampung dengan gerobak (push cart) dan warung-warung kecil, namun sudah dijual di restoran-restoran mewah.

Oleh karena itulah pihaknya senantiasa berkreasi untuk menciptakan variasi minuman yang berakar dari cendol tersebut.

Sebelumnya, dalam peristiwa wawancara dengan penulis tadi, ia mengatakan kecuali es dawet atau es cendol semula, pihaknya juga menghadirkan varian es cendol lain seperti misalnya es cendol alpukat, es cendol kacang merah dan es cendol durian yang disediakan cabang Waroenk Resto dan Cafe, yaitu Waroenk Seafood dan Oriental Cuisine, yang berada di Jalan Veteran 18, Fatululi, Oebobo, Kota Kupang.

Related posts