Dedi Mulyadi heran dan kaget ketika mengetahui bahwa Empan Supandi, guru yang menjadi viral karena berjalan kaki 11 km ke sekolah dengan gaji Rp200, bukanlah sarjana.
Penerangan diberikan setelah diajukan untuk menanggapi jarak 12 kilometer yang ditempuh dan gaji bulanan hanya Rp200 ribu di sekolahnya.
Sekarang nasibnya perlahan berubah setelahnya menjadi viral dan bertemu Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi atau Pak Dedi.
Betapa tidak Kang Dedi siap membangunkan rumah Rp 100 juta-saldo untuk modal berdagang untuk Guru Empan Supandi.
Sosok dan Kisah Guru Empan Supandi
Pada awalnya si Empan Supandi menjadi selalu viral karena melakukan kawah setiap hari membawa jalan kaki selama 11 km untuk mengajar di MTs Thoriqul Hidayah.
Seorang lelaki dari Kampung Ciguha, Desa Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat rela mendaki bukit dan melintasi hutan hingga ladang demi membangun pemikiran anak negeri.
Pak Empan hanya mendapatkan gaji Rp200 ribu per bulan setelah 14 tahun mengajar.
Bahkan pada tahun 2011 ketika pertama kali berdakwah, Pak Empan melakukan diterima gaji Rp250 ribu per tahun saja.
Penasaran dengan sosok Empan Supandi, Dedi Mulyadi terkejut saat tahu pendidikan terakhir sang guru viral.
Ternyata Empan Supandi bukanlah lulusan sarjana.
“Siapa lulusannya di masa dulu?” tanya Dedi Mulyadi, dilansung dari tayangan Youtube-nya, Selasa (21/1/2025) via TribunBogor.
“Saya akan menjelaskan paket C,” ucap Empan Supandi.
“Dengan kenapa bapak pilih paket C waktu itu?” tanya Dedi lagi.
“Karena kami ingin menambah wawasan, sehingga kami memberikan hadiah Rp1 juta timeout,” jawab Pak Empan.
“Iya, termasuk pula pria abang-beradik,” sambung Dedi.
Dengan tunduk pada sertifikat Paket C, Empan Supandi juga dipilih oleh founder yayasan tersebut untuk mengajar di MTS tersebut.
Kalau begitu Empan diminta mengajar mata pelajaran olahraga.
“Dari awalnya ia mengajarkan olahraga,” tandas Empan.
“Kepada siapa belajar pelajaran olahraga, Bapak?” tanya Dedi.
“Ya sebenarnya anak tidak perlu berlari-lari, yang penting anak sehat, mengajarkan lari, voli, bermain bola,” kata Empan.
“Olahraga bukan hanya berlatih, adaoriannya. You bisa teorinya. Bagaimana cara Anda mengajarkan gimana? Ternyata Anda tidak pernah sekolah latihan fisik,” tanya Tuy David.
“Ya, secara berkembang aja. Misalnya tentang olahraga apa, saya katakan, saya menjelaskan (dari buku),” jawab Empan.
Setelah berolahraga, Empan Supandiswitch mengajar mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam dan pendidikan kewarganegaraan.
Tahun berikutnya, Empan Supandi diminta menjadi guru bahasa Inggris.
Pak Empan mengajar bahasa Inggris, ternyata Kang Dedi kembali tercindera.
Ia memutuskan untuk bercerita tentang bagaimana dirinya bisa berbahasa Inggris meskipun hanya lulus selama SMA.
Buta Katak” tanya Kiki (Pak Guru). “Ngapain data kok ngajar ngapain adanya?”, jawabnya, “Kanik tanya Bapak nggak?
“Kadang-kadang waktu kecil ada radio sw, ada bahasa Inggris, BBC London, Rusia, toh saya suka walaupun tidak mengerti,” kata Empan.
“Apakah ayah hanya bergantung pada informasi yang didengar dari radio, dan tentu harus ada gramatika?” tanya Kang Dedi.
“Sebelumnya (pernah bekerja di lalu-lintas pupuk) kan ada perusahaan yang memproduksi pupuk, dahulu sering ada pelajar dari Australia, Korea. Saya selalu berlatih bahasa Inggris bersama dia,” ucap Empan.
“Apakah Bapak nanti akan tergoda untuk belajar bahasa Inggris?” tanya Pak Kang Dedi lagi.
“Saat itu awalnya ditolak (Pak Empan menolak), saya tidak S1, saya belum fasih, selama 3 bulan anak tidak belajar, saya merasa kasihan juga,” jawab Empan.
“Dari mulai tidak ada bahasa Indonesia, Bapak mengajar bahasa Indonesia,” jawab Kang Dedi.
Diceraikan istri
Belasan tahun berdedikasi sebagai guru sukarela, Empan ternyata menyimpan kisah hidup pilu.
Sejak 2015, Empan mengaku telah dipisahkan oleh istrinya.
Alasan perceraian ini, kata Empan, karena istri tidak tahan dengan penghasilannya yang tidak cukup.
Meskipun tidak lagi memiliki istri, Empan masih bertanggung jawab mengurus dan melanjutkan sekolah untuk kedua anaknya.
Mendengar cerita Emil soal keluarga, Pak Dedi ikut terenyuh.
Ia juga masih memiliki pekerjaan sampingan untuk membiayai anak-anaknya tiga orang.
“Uang Rp200 ribu itu cukup untuk membeli beras, ikan, dan bayar tagihan listrik?”, tantang Kang Dedi.
“Tapi, ada sampingan. Saya kalau pulang sekolah dagang sayuran, dititipkan ibu, buat anak,” kata Empan.
Kadang bila ada orang memberi perintah untuk mengerjakan pekerjaan anak tukang pikul.
Membaca kisah hidup sulit Empan Supandi, Dedi Mulyadi merasa tergerak hati untuk menolongnya.
Kang Dedi memberikan Rp100 juta
Kang Dedi memberikan uang ratusan juta untuk pembangunan rumah Empan yang hampir ambruk.
“Rumah saya buat bangun, seharga Rp100 juta,” kata Dedi Mulyadi.
“Alhamdulillah bapak,” imbuh Empan.
“Selamat tinggal, luar biasa bapak,” pungkas Dedi.
Bukan hanya untuk rumah, Pak Dedi juga memberikan uang untuk modal nanti Empan jual sayur.
“Saya bekali Rp5 juta untuk dagang sayur, merasa cukup untuk dagang sayur,” ujar Kang Dedi.